Ruang drama ini
pernah menjadi saksi bisu kesuksesan pentas dramaku. Kupendarkan pandanganku
keseluruh ruangan ini, dipanggung itu aku memiliki sejarah yang manis. Aku Kim
Joon Myun pernah menjadi bintang drama, kecintaanku pada drama bukannya tanpa
sebab. Dan tanpa kusadari sebelumnya kecintaanku itu telah membawaku menuju
cinta sejatiku.
//Flashback
“Peter Pan, kau yang akan menjadi Peter Pan..” teriak
gadis itu sambil menunjuk kearahku, aku sedang duduk diatas panggung. Terang
saja aku menunjukkan ekspresi kaget mendengar penuturan gadis itu.
“Aku?” walaupun terlihat sangat kaget tapi aku sungguh
berharap bahwa aku benar-benar tidak salah dengar. Ini akan menjadi batu
loncatan bagiku untuk menunjukkan kemampuan aktingku.
“Ya, memangnya siapa lagi disini yang memiliki wajah
bocah sepertimu” beberapa orang tertawa kecil mendengar punuturan sang ketua
tim. Dan aku tadi hanya bisa diam sambil memendam kesal didalam hati.
“Jangan pernah mencoba melawannya..” bisik seseorang yang
berada tepat disampingku,Kang Min Hyuk. Aku hanya menyeringai kecil, aku tidak
peduli, yang terpenting adalah aku mendapat peran utama.
Hari-hari terus berganti seiring dengan bergantinya
dialog-dialog fantasi yang telah ditampilkan para pemain drama di sekolahku
selama latihan. Selama itu pula aku mendapat pujian sekaligus kritikan dari
gadis yang menunjukku sebagai tokoh utama. Dan selama itu juga aku memendam
rasa kesal dalam hati mengingat jika bukan karena gadis itu aku tidak akan
berdiri disini sekarang.
Mereka sedang menuggu Eun Gee –pemeran Wendy kami– , tapi
aku lebih memilih membaca kembali skripku untuk mendalami karakter Peter Pan,
si anak laki-laki yang menjadi bocah seumur hidupnya.
“Ah..apa yang harus kita lakukan sekarang?” terdengar
pekikan putus asa dari seorang gadis, siapa lagi kalau bukan gadis pemarah itu.
“Ada apa?”
“Eun Gee, dia tidak bisa melanjutkan drama ini. Kemarin
ia baru saja kecelakaan dan harus dirawat karena kakinya patah” sebuah suara
menyeruak masuk ketelingaku yang kuyakini, Kang Min Hyuk.
“Kau bisa menggantikannya, bukankah kau sangat mendalami
karakter Wendy?” aku memberi usul yang disambut dengan delikan sang gadis
sutradara. Ayolah apa aku salah bicara? Bukan karena ia sutradara namun kulihat
ia memang cocok untuk memerankan Wendy, wajahnya manis dan polos sangat pas
untuk karakter Wendy.
“Ya, bahkan Eun Gee biasa meminta penjelasan padamu..”
yang lain membenarkan.
“Waktu kita tidak banyak lagi, jadi lebih baik kau yang
menggantikannya” dia memandangku ragu, baru kali ini aku melihat keraguan
dimata coklat itu. Aku hanya mengangguk untuk meyakinkannya dan ia akhirnya
membalas untuk mengangguk.
“Cha~..ayo latihan!” teriak seseorang menyemangati.
Semua kembali seperti semula, dia masih sama sering
memarahiku dan juga memujiku. Dan aku terkadang dibuat terkagum-kagum dengan
aktingnya, dia bukan hanya sutradara yang pandai berbicara. Dia adalah seorang
calon sutradara besar.
Ada suatu adegan dimana Peter Pan harus menyelamatkan
Wendy –yang jatuh–, dan disitu mereka harus saling menatap. Sungguh aku tidak
bisa membayangkan bagaimana aku harus menatap mata itu, terlebih harus berpelukan.
Sangat menakutkan mengingat dia gadis yang galak.
Mata kami saling bertemu dan sesaat aku menyadari aku
mulai jatuh untuknya, dengan mata bersinarku. Aku telah jatuh pada mata sayu
itu. Dengan jarak sedekat ini apa ia bisa mendengar debaran kencang jantungku?
//
“Kau benar-benar
hebat Eun Soo-a, aku tidak menyangka lulusan SMA ini bisa menjadi sutradara
terkenal sepertimu” suara berat seorang pria menyadarkanku dari ingatan masa
lalu. Bukan suara itu yang menyadarkanku melainkan nama yang disebutnya. Yun
Eun Soo.
Gadis itu melihat
kearahku, bibirnya membentuk senyuman. Ternyata gadis galak itu dapat terlihat
sangat cantik jika tersenyum. Bukannya aku tidak tahu, tapi selama bersamaku ia
lebih cenderung memperlihatkan kemarahannya padaku -terlebih saat ia sedang
kesal terhadap acting payah dari para
pemainnya- daripada memperlihatkan senyumannya, selebihnya ia selalu berwajah
datar tanpa ekspresi. Bagaimana bisa ia menjadi sutradara yang handal? Ia
bahkan sangat tidak ekspresif.
Tapi itulah
gadisku, yang selalu menuntut orang lain untuk jauh lebih berekspresif daripada
dirinya. Dia adalah seorang figur penonton dalam filmnya. Ia selalu menempatkan
dirinya sebagai penonton yang jenuh dengan segala aktifitas mereka yang akan
merasa terhibur dengan melihat karya yang dibuatnya dan melupakan sejenak
kesibukan yang melelahkan.
“Kim Joonmyun,
benarkah kau Kim Joonmyun?”
“Si Peter Pan itu?”
aku tersenyum mengangguk. Ternyata pria ini adalah wakil kepala sekolah kami
yang baru.
“Wah..jadi kalian
berpacaran?” aku menatap Yoo Eun yang tampak malu, oh..kau bisa malu juga
rupanya?
“Baiklah kalau
begitu, aku tidak akan mengganggu kalian” pria tadi pergi meninggalkan kami
sambil tersenyum geli.
“Kau mengakuiku
sebagai pacarmu?” aku bertanya padanya saat pria tadi benar-benar sudah
menghilang. Gadis itu diam saja sambil menatapku.
“Aku tidak
mengatakannya” aku tahu dia malu untuk mengakuinya jadi aku hanya memandangnya,
sedikit penuh selidik. Dia terlihat gusar,
“Aku hanya
mengatakan bahwa aku membawa seorang teman untuk membantu"
“Eoh..temanmu?” aku
sengaja bertanya dengan nada menggoda, membuat gadis itu semakin terlihat
gusar. Aku tahu cara ini selalu berhasil untuk menggodanya.
“Bahkan kisah kita
masih banyak diingat orang, Peter Pan dan Wendy. Kau masih tidak mau mengakuinya
Yun Eun Soo?” dia terlihat malu, pipinya merona merah. Kisah kami yang
memerankan Wendy dan Peter Pan memang masih diingat hingga sekarang, sebuah
pementasan tersukses disekolah kami.
Berapa banyak kau berubah seiring berputarnya sang waktu? Kurasa tidak
banyak, dia masih tetap sama.
Cerita kita takkan pernah berakhir, sejak aku mulai
jatuh untukmu. Aku akan selalu menatapmu dengan mata bersinarku...
.
No comments:
Post a Comment