Sunday, May 13, 2018

Peterpan Series - Park Chanyeol | Korean Stuff Addict

Previous Series [1] [2] [3]


# Park Chanyeol

Suara riuh teriakan dan tepuk tangan telah terdengar diluar sana, dan itu semakin membuatku gugup. Bandku akan menjadi band penutup dalam pertunjukan drama tahun ini, setelah selama dua tahun aku menantikan saat-saat seperti ini. Saat-saat dimana bandku bisa diakui kemampuannya. Tampil sebagai bintang penutup merupakan dambaan setiap musisi, karena itulah saat dimana penampilan kami paling ditunggu. Dan kini aku takut mengecewakan mereka, bagaimana jika penampilan kami tidak memuaskan mereka semua?


“Chanyeol-a..” seseorang menepuk bahuku dari belakang.

“Kau tenang saja, kita pasti bisa melakukannya” aku hanya mengangguk menanggapi rekanku.

“Jika kau terlalu gugup, pandanglah dia. Persembahkan ini untuknya..” aku tertegun mendengar ucapannya.

Dia. Apakah dia akan datang?

//Flashback

Jreng~ jreng ~ ~

Aku mendengar suara petikan gitar yang tak beraturan. Kutolehkan kepalaku mencari sumber suara yang cukup membuat telinga sakit itu berasal. Dia benar-benar tidak tahu cara memainkan gitar dengan benar.

Aku telah mengedarkan pandanganku kesekeliling lapangan basket ini, tapi aku tidak menemukannya. Aku lalu melingkarkan handuk kecil yang sedari tadi kupegang keleherku lalu beranjak dari lapangan.

“Kau mau kemana?” Jonghyun bertanya padaku dan hanya kujawab dengan lambaian tangan.

Jreng jreng~ jreng ~ ~

Suara itu semakin terdengar saat aku keluar dari lapangan, dan itu berasal dari belakang pohon oak besar penunggu sekolah ini.

“Kau benar-benar tidak bisa bermain gitar” aku mendekati orang itu. Ia terlonjak kaget dari tempat duduknya, aku tahu aku mengagetkannya. Ia menghembuskan nafas kesal sambil mendelik kearahku.

“Maaf..”

“Mau kuajari? Aku cukup mahir bermain gitar” tawarku padanya tanpa bermaksud pamer sedikitpun. Aku mendekatinya dan duduk disampingnya.

“Hm..tentu, jika kau tidak memasang tarif khusus” aku langsung tergelak mendengar ucapannya, gadis ini cukup lucu.

“Tentu saja tidak” aku mengambil gitar yang berada dipangkuannya dan mulai memetik gitar itu membuat sebuah nada.

Sejak saat itu setiap hari aku selalu mengajari gadis itu, dia selalu menungguku dibawah pohon oak besar tempat pertama kali kami bertemu. Aku sudah bersekolah disini selama dua tahun dan aku baru benar-benar melihatnya sekarang, sungguh memalukan. Dan kini aku menyesali kebodohanku yang baru mengenal gadis ini sekarang.

Aku mulai menyukai gadis ini. Bagaimana tidak, gadis ini selalu membuatku berdebar kala ada didekatnya. Mata coklatnya selalu membuatku merasa teduh saat melihatnya, dari luar ia terlihat dingin tapi saat kau berada didekatnya kau akan selalu merasa hangat. Dibalik kata-katanya yang spontan itu dia selalu bisa membuatku tertawa tanpa harus repot-repot membuat lelucon, dia mempunyai hormon alami.

“Chanyeol-ssi”

“Hm..” aku sedang memetik gitarku asal.

“Sepertinya hari ini adalah hari terakhir kita bisa berlatih bersama” aku menghentikan permainan gitarku, menatapnya.

“Kenapa?”

“ ” tidak ada jawaban dari gadis itu, dia hanya diam menatapku. Aku bisa melihat matanya mulai membentuk lapisan bening tipis.

“Ada apa?” meskipun rasa canggung selalu menyapa, aku benar-benar tidak rela jika kebersamaan ini diakhiri, hanya dengan cara ini aku bisa bersamanya.

“Aku akan berangkat ke Belanda untuk mengikuti pertukaran pelajar” dia menundukkan kepalanya. Aku terdiam dalam bisu.

“Maafkan aku baru memberitahumu sekarang” dia menatapku sambil tersenyum, terdapat bekas basah dipipinya.

“Terima kasih sudah mengajariku selama ini...” dia tersenyum untuk terakhir kalinya dan beranjak dari tempatnya meninggalkanku bersama perasaan yang telah disemainya selama ini.

//

“Chanyeol-a, ayo! Sudah saatnya kita tampil..” aku mengambil gitarku dan berjalan mengikuti Kang Min Hyuk, teman tinggiku sang algojo drum itu.

Begitu ramai diluar sini, membuatku sedikit terhibur karena penampilan kami sangat disukai, lagu Peter Pan yang kami bawakan sebagai penutup pertunjukan drama yang juga mempunyai judul yang sama. Membuatku semakin merindukan dirinya.

Aku sangat ingin menemuinya, mungkin bukan di Neverland tapi Netherland. Hatiku kembali berdebar, di tempat ini kami kembali saling memandang dan seulas senyum muncul dibibirku membalas senyuman yang selama setahun ini tak pernah kulihat. Aku berjalan kearah Baekhyun meminjam sebentar standmic kesayangannya.

I miss you, my baby boo...” pipinya merona merah.

Cerita kita tidak akan pernah berakhir. Aku akan selalu bersamamu dan mencintaimu, meski rasa canggung selalu menyapaku.

No comments:

Post a Comment